Cerita tentang Akademi dan Festival Perkusi



Pengalaman Mengikuti  Akademi dan Festival Perkusi

Saya Ari mewakili teman-teman Sanggar Lare Mentes mengucapkan banyak terimakasih kepada penyelenggara, panitia, fasilitator beserta teman-teman peserta yang lain yang mengikuti serangkaian acara Akademi dan Festival Perkusi. Berkat temans sekalian kami mendapatkan pengalaman yang mengesankan dan ilmu-ilmu yang berguna bagi kita sekarang dan kedepannya nanti.
Bicara tentang perkusi, kebetulan saya sangat suka dengan seni musik. Bukan hanya sebagai penikmat atau pendengar, tapi saya juga bermimpi ingin menjadi playernya. Saya sangat suka berbagai genre musik yang ada, tak terkecuali musik perkusi. Perkusi itu simple tapi jika digarap dengan penuh kreativitas maka akan menghasilkan suatu karya yang unik dan indah untuk didengar.
Akademi Perkusi
Waktu mendengar kalau Sanggar Anak Akar mengadakan acara Akademi Perkusi. Jujur saya bingung, itu acara apa? Acaranya bagaimana?. Karena saya sendiri pun belum cukup menguasai basic dasar perkusi, begitu pula dengan teman-teman Mentes yang lan. Setelah surat undangan dan Susunan acara dikirim saya baru paham gambaran acara tersebut. Ternyata di Akademi perkusi kita akan di beri pembelajaran tentang perkusi. Mulai dari sejarah singkat perkusi, instrument perkusi dan cara memainkanya.
Acara pertama pembukaan yang di pimpin oleh Kang Ade dan dilanjut penjelasan-penjelasan tentang apa itu musik perkusi, materi teknik-teknik bermain djembe yang di pimpin oleh Daeng Darman dan terus menerus pendalaman materi hingga sore hari. Sore hari semua peserta menuju kedesa wisata untuk mandi dan beristirahat. Keesokan harinya peserta kembali lagi ke anjungan Sumatra barat untuk melanjutkan acaranya, di hari kedua semua pesarta di bagi 5 kelompok dan setiap kelompok dari komonitas yang berbeda, ini bertujuan untuk bisa saling mengenal satu sama lain dan juga menghargai  ide/pendapat orang lain. Setiap kelompok di dampingi 1 fasilitator dan di beri waktu selama satu jam untuk membuat sebuah komposisi yang akan di tampilkan didepan semua peserta narasumber, setelah semua kelompok menampilkan karyanya masing-masing setiap komunitas di kumpulkan untuk memutuskan apakah mau mengikuti kelanjutan ke The Youth Indonesian Percussion Festival yang akan di adakan di Taman Impian Jaya Ancol atau  cukup sampai di akademi .
Aku dan temen-temen perwakilan dari Sanggar Lare Mentes memutuskan untuk lanjut ke acara festival perkusi. Awalnya saya ragu apakah Mentes akan melanjutkan ke Festival atau hanya cukup sampai di Akademi saja. Karena saya melihat minim kemampuan tentang perkusi dari setiap teman Mentes. Namun kemudian terpikir oleh ku, banyak teman-teman peserta yang kecil pada jago main perkusi. Saya jadi kebayang gimana kalau teman-teman kecil dari mentes yang main disitu, pasti saya akan senang dan bangga. Dengan menjelaskan dan  meminta pendapat dari Gembel dan Doni, kemudian saya Sanggar Lare Mentes memutuskan untuk ikut lanjut ke Festival. Dengan konsekuensi kita harus wajib mengajarkan basic-basic perkusi berbekal ilmu pembelajaran dari Akademi.
Setelah akademi kami bertiga pulang dengan membawa ilmu, pengalaman dan tugas membawa komunitas untuk menuju ke Festival perkusi dalam waktu satu bulan. Seminggu setelah akademi kami belum bisa memulai peresiapan. Karena saya disibukkan dengan latihan kethoprak, yang pentasnya tinggal beberapa hari lagi setelah akademi. Baru setelah pentas kethoprak aku baru memulai untuk mencari personil yang konsisten, bertanggung jawab dan ada kemauan untuk belajar.
Saya kumpulkan teman-teman Mentes, awalnya sharing tentang pengalaman-pengalaman di akademi, lalu saya menawarkan ke mereka siapa yang bersedia ikut Festival perkusi. Dan kemudian terpilihlah Sasa, Bertha, Pitha, Heri, dika, Reno, Yayan, Gembel, Doni dan saya. Setelah jelas siapa saja yang ikut festival perkusi, kami merundingkan tentang konsep kita. Dari Klaten mengambil konsep kebudayaan Jawa. Namun dalam penentuan instrumen musiknya kami mengalami kesulitan.
Kemudian sampailah pada perwakilan dari penyelenggara yang datang mengunjungi setiap komunitas peserta yang ikut festival. Kak Doge dan Kang Hendrikus yang kebagian datang ke Klaten. Kedatangan mereka kami sambut dengan antusiasme yang tinggi dan harapan bisa menemani kami membuat komposisi perkusi. Namun ternyata mereka tak banyak mempunyai waktu luang, karena mereka harus ke Sidoarjo. Kami pun tak menyia-nyiakan waktu yang mereka luang untuk kita.
Kami bertiga mengajak teman-teman untuk segera membuat konsep apa yamg mau di angkat untuk menjadi sebuah komposisi, dengan di dampingi ka Doge dan mas Hendrikus akhirnya kami akan mengangkat konsep tentang proses belajar. Melihat peralatan peserta saat akademi perkusi kebanyakan memakai djembe, cocktail. Tapi kami ingin menampilkan sesuatu yang tidak biasa. Sehingga kami sepakat memakai peralatan meja kursi sesuai dengan konsep kita tentang proses belajar. Namun pada saat  latihan ada kendala yang menghambat latihan kita. Salah satunya adalah tangan mereka pada sakit saat memainkan meja dan kursi. Lalu kami memutuskan menggunakan jerigen, blera, galon dan tong sebagai instrumentnya dan stick sebagai alat pukulnya. Yang terpenting tidak meninggalkan konsep awalnya yatu tentang proses belajar.
Kami latihan di sore hari dan setiap hari, hingga pada akhirnya tanggal 7 Maret adalah latihan terakhir karena acara festival perkusinya tanggal  10 Maret 2013. Jum’at, 8 Maret 2013 pukul 17:00 WIB kami bergegas menuju Stasiun Srowot dari Sanggar dengan membawa instrument yang kami pakai dan peralatan pribadi masing personiol. Karena kereta kami berangkat pukul 17:45 WIB. Di perjalanan saya selalu berpikir, bisa ngga ya? Kalau bisa ya Alhamdulillah, tapi kalau ngga bisa gimana yaa??. Sesekali saya bercanda dengan teman yang lain dan menghafal komposisinya untuk menghilangkan ke galauan saya. Sabtu pukul 04:45 WIB saya sampai di Stasiun Jatinegara, lalu saya menghubungi teman dari Sanggar Akar yang mau menjemput rombongan kita. Tak lama kemudian Kak Ode dateng dengan membawa mobil untuk menjemput kami.
Festival Perkusi
Tiba di Akar kami istirahat sejenak untuk menghilangkan keletihan kami selama di perjalanan. Setelah itu kita membantu mengurus persiapan teman-teman panitia Festival seperti, packing nasi kardus, membuat ID card dll. Siang kami menuju ke Pasar Seni Ancol dengan menggunakan bus bersama dengan teman-teman peserta lain dari berbagai tempat. Setibanya di sana kami menyesuaikan dengan tempat, makan siang lalu persiapan check sound dengan di dampingi LO dan Fasilitator. Di sana ada 3 panggung, panggung utama, panggung ke-2, panggung ke-3. Dari Klaten dapat jatah di panggung ke-2.
Sebelum check sound kami latihan dulu, untuk mengingat-ingat komposisi yang kita buat kemarin. Lalu TM dengan seluruh penyelenggara, crew, panitia dan perwakilan dari komunitas untuk pemberitahuan teknis-teknis Festival perkusi Pada hari Minggunya. Setelah tiba waktunya check sound kami naik ke panggung 2 untuk mensetting posisi tiap personil sambil terus meyakinkan teman-teman tetap yakin dan percaya diri. Check sound kami hanya memaninkan setengah dari komposisi kami untuk mempersingkat waktu. Karena waktu sudah terlalu malam sedangkan masih ada masih ada kendala di bagian Sound engineer. Padahal ada beberapa komunitas yang belum check sound.
Minggu, 10 Maret 2013 pagi kami kembali Pasar Seni Ancol untuk memulai acara puncaknya. Perbekalan kostum, instrumen musik, dll sudah dibawa ke sana. Sampai di sana masing komunitas mempersiapkan segala sesuatunya untuk di pertunjukkan nanti, tak terkecuali kita yang dari Klaten. Sanggar Lare Mentes memakai kostum kejawen dengan memakai sorjan dan iket kepala untuk yang laki-laki, kemudian yang perempuan memakai kebaya dan jarik. Kostum sudah terpakai oleh masing-masing personil, sebelum acara dimulai kami berdo’a agar dalam pentas kita di beri kelancaran oleh Tuhan.
Acara dibuka oleh MC dan dimulai dengan sambutan-sambutan dari Uwa, perwakilan dari Pasar Seni Ancol dan penobatan JP Melanix sebagai duta Festival perkusi. Lalu dilanjut dengan penyerahan piagam terhadap masing-masing group yang mengikuti festival perkusi. Dari Mentes yang mewakili saya sendiri, disitu kami perwakilan dari group menjelaskan konsep komposisi kita. Setelah itu dilanjut dengan penampil awal oleh para fasilitator yang memainkan sebuah pertunjukkan perkusi yang keren.setelah itu barulah giliran peserta yang menampilkan  karya mereka.
Ini dia yang membuat kita down. Saya terus meyakinkan teman yang lain tapi dalam hati saya sendiri masih ada juga ketakutan-ketakutan akan sesuatu yang akan menghambat kelancaran pentas kita. Namun aku harus bisa mengatasi ini, mengingat pengalaman-pengalaman yang dulu. Ketakutan itu hanya ada pada saat kita menjelang naik panggung. Ketika saya sudah naik diatas panggung dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, maka hilang sudah kegalauan itu. Sorak dan tepuk tangan malah memotivasi ku untuk bisa tampil sebaik mungkin. Ada sedikit kesalahan, tapi kita tak ambil pusing. Yang penting kita dapat mengambil hikmah dari kesalahan tersebut untuk menjadi yang lebih baik dari yang ini. Turun dari panggung rasanya hilang sudah beban yang ada di benak saya, lega dan kami saling memberi selamat ke perserta lain atas suksesnya acara ini.
Selesai acara kita beres-beres bersama lalu pulang ke Sanggar Akar. Menurut rencana Lare Mentes pulang hari Senin sore, tapi kita undur jadi hari Selasa. Karena hari Senin sorenya di Akar ada Syukuran atas suksesnya serangkaian acara @karnaval 18. Selasa pagi kami pulang dengan membawa sejuta pengalaman dan cerita. Dan akhirnya sekali lagi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada penyelenggara dan teman-teman peserta lainnya, terutama kepada Sanggar Anak Akar yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk turut ikut serta dalam serangkaian acara @karnaval 18. Tidak lupa juga kami mohon maaf jika ada tutur kata dan tingkah laku kami yang kurang berkenan di hati teman-teman semua.




SALAM PERKUSI @arka_mentes

Komentar

Postingan Populer